Ribuan Umat Katolik Paroki Kawangkoan Ziarah Bunda Maria, Jalani Perjalanan Iman di Minahasa dan Tomohon
Ruang Tomohon – Setiap bulan Mei dan Oktober, umat Katolik di seluruh dunia menjalankan devosi suci kepada Bunda Maria, ibu dari Yesus Kristus. Tradisi penghormatan yang telah berlangsung selama berabad-abad ini menjadi momen penting bagi umat Katolik untuk memperdalam iman, merenungkan kasih, dan memperbaharui komitmen rohani mereka.
Hal yang sama tampak di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, di mana umat Katolik Paroki Santu Josep Kawangkoan menggelar ziarah Bunda Maria pada Kamis (29 Mei 2025). Ribuan umat dari berbagai wilayah rohani mengikuti prosesi dengan penuh khidmat dan sukacita, mengawali perjalanan dari Gereja Katolik Paroki Santu Josep Kawangkoan.
Ziarah rohani ini menempuh rute panjang melewati beberapa titik penting, yakni Gereja Hati Kudus Yesus Kota Tomohon, Gereja Santo Yohanes dan Kornelius Lotta, dan berakhir di Gereja Katolik Pondok Emaus Tateli, Kabupaten Minahasa. Sepanjang perjalanan, umat melantunkan doa rosario, lagu pujian, dan melakukan refleksi rohani di setiap pemberhentian.
Ketua I Dewan Pastoral Paroki Santo Josep Kawangkoan, Theodorus Lumi, S.Pd., M.A.P., menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan agenda rutin yang selalu ditunggu-tunggu umat, bukan hanya karena nilai religiusnya, tetapi juga karena makna kebersamaan yang terkandung di dalamnya.
“Umat Katolik Paroki Kawangkoan ini terdiri dari 24 wilayah rohani dan 5 stasi, ditambah pula dengan umat diaspora yang datang dari Tareran. Ziarah ini menjadi wadah untuk mempererat persaudaraan dan memperkuat semangat pelayanan,” ujar Theodorus.
Menurutnya, tahun ini ziarah memiliki makna khusus karena banyak pimpinan wilayah dan pengurus umat yang baru dilantik. Melalui perjalanan iman ini, para pemimpin diharapkan dapat merenungkan kembali panggilan pelayanan mereka, membangun semangat kebersamaan, dan merangkul umat dalam suasana kasih Kristiani.
“Kebersamaan adalah kunci membangun paroki yang hidup. Melalui ziarah ini, kami ingin meneguhkan semangat untuk berjalan bersama sebagai satu tubuh Kristus,” tambahnya.
Selain berdoa dan berziarah, kegiatan ini juga diisi dengan pembacaan kisah hidup Bunda Maria, renungan singkat, dan pemberkatan umat di setiap lokasi pemberhentian. Sejumlah umat mengaku terharu karena dapat kembali menjalani tradisi ini setelah beberapa tahun sebelumnya sempat dibatasi akibat pandemi.
Maria Tumbelaka, salah satu peserta ziarah, mengatakan bahwa perjalanan ini bukan sekadar ritual tahunan, melainkan bentuk ungkapan syukur dan kesempatan untuk memperdalam iman.
“Ziarah ini membuat kami merasa lebih dekat dengan Tuhan. Di sepanjang perjalanan, kami mendoakan keluarga, paroki, dan seluruh umat agar diberi kedamaian,” ujarnya.
Sementara itu, suasana khidmat tampak di setiap gereja yang disinggahi. Umat dari berbagai usia, mulai dari anak-anak, remaja, hingga lanjut usia, ikut serta dengan penuh semangat. Tak sedikit yang membawa patung kecil Bunda Maria, rosario, serta lilin doa sebagai simbol devosi dan harapan pribadi.
Kegiatan ziarah Bunda Maria ini menjadi penanda kuatnya kehidupan iman umat Katolik di Minahasa dan Tomohon. Lebih dari sekadar ritual keagamaan, ziarah ini menjadi sarana memperkokoh spiritualitas, persaudaraan, dan komitmen pelayanan gerejawi di tengah masyarakat yang plural dan dinamis.





